Berdasarkan pada
piramida pembelajaran Dale atau dalam bahasa inggris lebih dikenal dengan
dengan Cone of Experience oleh Edgar Dale (1946) diatas, pada sisi kanan
piramida pembelajaran menunjukkan kemampuan yang akan siswa dapatkan yang
relatif terhadap jenis kegiatan atau tingkatan kegiatan yang mereka lakukan
(seperti membaca, mendengar, melihat, dan yang lainnya). Sedangkan angka-angka
persentase di sisi kiri piramida menunjukkan seberapa besar umumnya seseorang
dapat mengingat dan memahami sesuatu sesuai dengan tingkatan jenis kegiatan
yang mereka lakukan. Berdasarkan tingkatan kegiatan diatas maka didapatkan
pengalaman sebagai berikut :
1.
Pengalaman melalui lambang kata. Pengalaman ini
diperoleh dalam buku/ bahan bacaan.
2.
Pengalaman melalui pendengaran,
pengalaman ini dapat diperoleh dengan mendengarkan seseorang, baik secara
langsung, melalui radio, atau yang lainnya.
3.
Pengalaman melalui gambar visual, pengalaman
dari sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi misalnya
lukisan, poster, potret, dan lainnya.
4.
Pengalaman melalui video, pengalaman ini
diperoleh dari pemutaran video baik itu berasal dari televisi maupun dari media
lainnya.
6.
Pengalaman melalui demonstrasi, yaitu pengalaman
melalui percontohan atau pertunjukan mengenai suatu hal atau suatu proses
7.
Pengalaman melalui karyawisata, contohnya
dapat mengajak pembelajar melihat objek yang nyata di luar dengan maksud
memperkaya dan memperluas pengalaman siswa.
8.
Pengalaman melalui diskusi, pengalaman ini dapat
diperoleh dengan merancang pembelajaran kelompok, sehingga antar pembelajar
dapat saling berbagi atau bertukar informasi mengenai suatu masalah.
9.
Pengalaman tiruan, pengalaman ini diperoleh
melalui benda-benda atau kejadian-kejadian tiruan yang sebenarnya.
10.
Pengalaman langsung, pengalaman ini diperoleh
dengan berhubungan secara langsung dengan benda, kejadian, atau objek yang
sebenarnya. Pembelajar secara aktif bekerja untuk memecahkan masalah.
Jika meninjau
piramida pembelajaran diatas, dapat dilihat secara garis besar, bahwa
pembelajaran itu terbagi menjadi 2, yakni aktif dan pasif. Pada pembelajaran
yang pasif, membaca memberikan andil penguasaan materi dan daya ingat
sebesar membaca 10%, mendengarkan 20%, dan melihatnya secara langsung
memberikan kontribusi sebesar 30%. Namun, melihat pembelajaran aktif, dimana ketika seseorang
mengatakan, mengajarkan, memperagakan, atau berdiskusi, maka hal itu
dapat memberikan 70% pemahaman dan daya ingat terhadap materi yang
dikuasai, serta jika aktif dalam melakukan/mengaplikasikan ilmu maka hal tersebut
berkontribusi 90% terhadap pemahaman dan daya ingat kita terhadap sesuatu.
Pada tingkatan kegiatan membaca (10 %), mendengar (20%), dan melihat
gambar maupun video (30%), kegiatan ini, menganggap
pembelajar sebagai partispan, sehingga tingkat daya ingat dan pemahamannya
pun akan lebih sedikit. Kemudian pada tingkatan
kegiatan adanya pameran/situs dan demonstrasi (50%) serta karyawisata maupun
diskusi (70%), pembelajar diberikan suatu kasus permasalahan, maka
dari itu pembelajar dapat aktif berfikir mengenai permasalahan tersebut. Pada
tingkatan ini masalah yang diberikan masih berupa permasalahan yang konkrit,
sehingga pembelajar masih dianggap sebagai partisipan. Selanjutnya pada
tingkatan kegiatan bersimulasi dan melakukan hal nyata
(90%), pembelajar turun langsung untuk mengamati sebuah
permasalahan. Tingkat pemahamannya pun lebih besar, dan disini pembelajar sudah
bertindak sebagai pengamat.
Selanjutnya
berdasarkan sisi kanan piramida pembelajaran Dale ini, kemampuan yang dicapai
pembelajar pada tingkatan kegiatan membaca dan mendengar adalah hanya pada
mampu mendefinisikan, menggambarkan, mendaftarkan, dan menjelaskan saja,
karena pada tingkatan ini kemampuan untuk memahami dan mengingatnya cukup
rendah. Pada tingkat kegiatan melihat gambar, menonton video, mengahdiri
pameran, dan melihat demonstrasi, kemampuan yang didapatkan adalah mampu
menunjukkan, menerapkan, dan mempraktikan, karena pada tingkat ini pembelajar
mendapatkan lebih banyak gambaran dan pengetahuan khsusunya dalam hal suatu
proses. Kemudian yang terakhir pada tinggkat diskusi, bersimulasi dan
melakukan hal nyata, kemampuan yang didapatkan merupakan kemampuan yang paling
tinggi yaitu mampu menganalisis, mampu menentukan, bahkan hingga mampu membuat
, dan mengevaluasi/ menilai sesuatu, karena pada tingkat ini pembelajar pada
dasarnya berperan aktif dalam kegiatan tersebut dan mempunyai tambahan
pengalaman, pengetahuan serta wawasan yang lebih luas, sehingga memancing
pengalaman belajar dengan pemahaman dan daya ingat yang tinggi.
Dengan
demikian, hal yang penting untuk diingat bahwa bukan berarti membaca dan
mendengarkan menjadi pengalaman belajar yang tidak berharga, hanya saja ketika
dapat melakukan hal yang nyata menyebabkan pemahaman dan daya ingat yang
tinggi, maka diyakini bahwa semakin banyaknya indera yag digunakan,
semakin bersar kemampuan kita untuk memahami dan mengingat sesuatu dari
pengalaman belajar tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar